Comperative lingusitics
Comperative lingustics is a branch of applied linguistics that is compered subdividing and studying development language term by term else. It is also concentration how languages can be changed and looking cause of this case. Development language causes a change, there are two changes, those are :
external history and internal history.
Internal history is
development or change language that is occurred in history of language self.
The change like vocabulary, structure and etc. while, external history is
development or change language that is occrred out side of language history
self, like: society, culture, politic, geographic and etc.
Defenition
of compertive linguistic bases on linguist
·
Alwasilah (2013:17) explaning defenition
comperative linguistic as study of language around comperison group languages or
history development in a language.
·
Robin (1975) comperative linguistic includes in
part of study of linguistic that is have very important function to give
understanding about hakekat language and development languages in the world.
·
Verhaar (2013:25) studying comperative
linguistic can be kelompokan into studying sincronic and diacronic
liinguistics.
·
Keraf (1948:22) he said comperative linguistic
is a branche study that is explaned language in time side and and changing
language conten that is occurred in time side self.
Development history of linguistic comperative occurred during
four period
Periode
pertama dimulai pada tahun 1830-1860, bermula dari seorang tokoh yang meletakan
dasar-dasar ilmu perbandingan bahasa berkebangsaan Jerman Franz Boop yakni
meneliti asal mula akhiran kata kerja yang menurut pendapatnya semua akhiran
bentuk kata kerja berasal dari bagian-bagian yang tadinya terlepas dari pokok
kata sedangkan bagian yang selalu ada ialah perkataan sein. Boop membandingkan
akhiran-akhiran dari kata kerja dalam bahasa Sanskerta, Yunani, Latin, Persia,
dan German (terbit tahun 1816)Dalam usaha menemukan bentuk asal, Boop menggunakan trias-teori yang menyatakan bahwa tiap kalimat sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yakni: subjek, predikat, dan kopula. Tentang hal bunyi Boop terpengaruh oleh Grimm dengan menyatakan bahawa bahasa primitif hanya mempunyai tiga jenis bunyi, yakni /a, i, u/. perubahan bunyi disebabkan oleh sesuatu yang mekanis dan ia sendiri mengira bahwa perubahan itu bergantung pada “beratnya” akhiran.
Sehubungan dengan klasifikasi bahasa Boop membagi bahasa atas tiga jenis:
a. Bahasa-bahasa tanpa akar dan tanpa tenaga pembentuk, jadi tidak memiliki organisme tata bahasa, misalnya bahasa Tionghoa.
b. Bahasa-bahasa dengan akar kata yang terdiri dari satu suku kata, mempunyai organisme tata bahasa.
c. Bahasa-bahasa dengan akar kata terdiri dari dua suku kata dan konsonan mutlak.
Tahun 1818 Ramus Kristian Rusk, terbit bukunya yang berjudul Undersogelse om det gamle nordiske eller is landske Sprongs Oprindelse (= penyelidikan tentang asal mula bahasa Nur kuno atau Islandia). Melakukan penelitian kata-kata dalam bahasa German mengandung unsur-unsur bunyi yang teratur hubungannya dengan kata-kata bahasa Indo Eropa lainnya. Perbandingan bahasa German Utara dengan bahasa Baltik, Slavia dengan Keltik, serta dimasukkan bahasa Baskia dan Finno-Ugris. Pendapat Rask yang sangat penting adalah pergeseran bunyi-bunyi di dalam bahasa-bahasa Jerman yang kemudian dikonkretkan oleh J. Grimm sehingga dapat dikatakan bahwa Grimm adalah penerusnya. Rask berpendapat bahwa kalau ada persamaan antar dua bahasa, maka hal itu disebabkan oleh kekeluargaan bahasa tersebut.
Pada tahun 1819 Jacob Grimms dalam karangannya Deutsche Grammatika merupakan permulaan studi linguistik German dari Jerman. Dari dialah berasal klasifikasi dalam bentuk kata kerja lemah dan kata kerja kuat bahasa Jerman, pengertian Ablaut dan Umlaut. Dalam bukunya yang kedua dikenal dengan hukum Grimm. Hukum ini membahas mengenai Lautverschiebung. Hukum ini sangat penting dalam bidang bahasa. Tahun 1822 Deutsche Grammatik terbit untuk kedua kalinya. Grimm membuat teori berdasarkan pikiran Rasmus Rask, mengenai Lautverschiebung., yaitu:
1) Jika bahasa Gothik mempunyai f, maka bahasa Indo-Eropa lainnya mempunyai bunyi p; sebuah bunyi p akan menjadi b dalam bahas lainnya; sebuah bunyi th akan menjadi t dan bunyi t akan menjadi d dan sebagainya.
2) Grimm menggambarkan Lautverschiebung dari bunyi beraspirata bahasa Indo-Eropa menjadi tak beraspirata dan menjadi bunyi bersuara menjadi tak bersuara, bh, dh, gh menjadi b, d, g, dan b,d, g menjadi p, t, k.
Tahun
1808 Friedrich von Schlegel menerbitkan buku berjudul Uber die Sprache und
Weisheit der Inder. Dalam karangannya ia menekankan studi perbandingan
“struktur dalam” bahasa (bidang morfologi) untuk menjelaskan hubungan genetik
bahasa. Beliaulah yang memperkenalkan tata bahasa perbandingan/ Vergleichende
Grammatik. Yang diperbandingkan adalah bentuk infleksi dan derivasi dari bahasa
Sanskrit, Yunani, Latin, Indo-Eropa lainnya. Dari hasil perbandingan ternyata
persamaan itu bukan berasal dari peminjaman, melainkan karena persamaan asal,
yang menurut pendapatnya bahawa bahasa Sansekerta lebih tua jika dibandingkan
bahasa lain.
Menurut
Friedrich von Schlegel ada dua kelompok bahasa yakni:
a. Bahasa yang bermacam-macam makna yang ditentukan oleh perubahan bunyi dalam root (= bahasa fleksi)
b. Bahasa yang bermacam-macam makna disebabkan oleh afiks (bhs. Afiks)
Berdasarkan pengelompokan ini F. von Schalegel membuat klasifikasi bahasa atas: bahasa fleksi, bahasa afiks, bahasa Tionghoa (bahasa yang partikelnya membentuk makna baru).
Dalam pertumbuhannya, bahasa mulai dari bahasa Tionghoa, lalu menjadi bahasa afiks, dan terakhir menjadi bahasa fleksi. Pendapat ini diambil alih oleh saudaranya, A. W. Schlegel (1767-1845) dan membuat klasifikasi bahasa menjadi:
a. Bahasa tanpa struktur tata bahasa
b. Bahasa yang menggunakan afiks
c. Bahasa yang berfleksi
Bahasa fleksi dibaginya lagi menjadi
a. Bahasa sintetis
b. Bahasa analitis
Bahasa sintetis tak dapat diteliti lagi asal mulanya sedangkan bahasa analitis tercipta pada zaman sejarah.
a. Bahasa yang bermacam-macam makna yang ditentukan oleh perubahan bunyi dalam root (= bahasa fleksi)
b. Bahasa yang bermacam-macam makna disebabkan oleh afiks (bhs. Afiks)
Berdasarkan pengelompokan ini F. von Schalegel membuat klasifikasi bahasa atas: bahasa fleksi, bahasa afiks, bahasa Tionghoa (bahasa yang partikelnya membentuk makna baru).
Dalam pertumbuhannya, bahasa mulai dari bahasa Tionghoa, lalu menjadi bahasa afiks, dan terakhir menjadi bahasa fleksi. Pendapat ini diambil alih oleh saudaranya, A. W. Schlegel (1767-1845) dan membuat klasifikasi bahasa menjadi:
a. Bahasa tanpa struktur tata bahasa
b. Bahasa yang menggunakan afiks
c. Bahasa yang berfleksi
Bahasa fleksi dibaginya lagi menjadi
a. Bahasa sintetis
b. Bahasa analitis
Bahasa sintetis tak dapat diteliti lagi asal mulanya sedangkan bahasa analitis tercipta pada zaman sejarah.
F.Pott
(1802-1887) Menyelidiki etimologi kata-kata dengan metode yang lebih baik dan
objek penyelidikannya dari bahasa-bahasa Indo German. Wilhelm von Humboldt
(1767-1835)
Humboldt adalah penegak pertama linguistik umum. Beliau adalah ahli tata Negara, filologi klasik, filsafat dan belletri (sastra indah). Dari tahun 1802-1819 Humboldt menjadi diplomat Prusia anatara lain menjadi duta di Roma, menteri agama di Berlin, bahkan menjadi utusan ke Kongres Wina.
Pandangannya tentang bahasa dapat di baca pada bukunya yang berujudl Ueber die Kawisprache auf der Insel Java.
Humboldt adalah penegak pertama linguistik umum. Beliau adalah ahli tata Negara, filologi klasik, filsafat dan belletri (sastra indah). Dari tahun 1802-1819 Humboldt menjadi diplomat Prusia anatara lain menjadi duta di Roma, menteri agama di Berlin, bahkan menjadi utusan ke Kongres Wina.
Pandangannya tentang bahasa dapat di baca pada bukunya yang berujudl Ueber die Kawisprache auf der Insel Java.
Pandangannya
bersifat historis dan filosofis. Beliau beranggapan bahwa bahasa tidaklah
terjadi karena sangat dibutuhkan. Berbahasa merupakan keinginan batin manusia
karena manusia adalah makhluk bernyanyi yang menghubungkan pikiran dengan
bunyi.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa: “Tiap perbuatan menimbulkan kesan”. Tiap kesan menjadi objek pemikiran. Tiap objek pemikiran menjadi objek pernyataan. Untuk tiap objek pernyataan harus dicarikan cara menyatakan yakni dengan bahasa. Tiap bentuk pernyataan (= bahasa) kembali kea lam pikiran. Jadi, bahasa bukanlah pekerjaan (= ergon) melainkan kegiatan (= energia). Bahasa merupakan pekerjaan jiwa yang selalu diulang untuk menggunakan bunyi-bunyi yang berartikulasi guna menyatakan pikiran.
Bahasa itu sendiri berwujud dua, yakni bentuk, form atau aussere lautform atau artikulierte laut, dan makna, meaning atau innere form= bentuk batin. tentang innere form (bentuk batin), Humboldt membedakan dua substansi, yakni das Bestandige dan das Gleichformig. Keduanya terletak dalam jiwa manusia. Das Bestandige adalah dorongan jiwa yang didalamnya ada bagian-bagian yang saling berhubungan dan berimbang. Untuk itu ia berpendapat bahwa setiap bahasa mempunyai sistem dan karena itu tak ada bahasa yang primitif dan tak ada bahasa yang istimewa.
Humboldt membuat juga klasifikasi bahasa yang didasarkannya pada lautfrom. Untuk itu dia membagi bahasa atas empat jenis:
a. Bahasa monosilabel, bahasa yang hanya terdiri dari root dan tak mengalami perubahan bentuk.
b. Bahasa aglutinasi (inggris, agglutinate= meletakan, merekatkan, menjadi satu, gluten= perekat), bahas temple-menempel. Perubahan bentuk diperoleh dari melekatkan afiks.
c. Bahasa fleksi, bahasa yang mengenal konyugasi, kasus.
d. Bahasa inkorporsai (Inggris, In corporate= memasukan ke dalam). Sifat bahasa ini yakni patient dimasukkan kedalam bentuk kata kerja.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa: “Tiap perbuatan menimbulkan kesan”. Tiap kesan menjadi objek pemikiran. Tiap objek pemikiran menjadi objek pernyataan. Untuk tiap objek pernyataan harus dicarikan cara menyatakan yakni dengan bahasa. Tiap bentuk pernyataan (= bahasa) kembali kea lam pikiran. Jadi, bahasa bukanlah pekerjaan (= ergon) melainkan kegiatan (= energia). Bahasa merupakan pekerjaan jiwa yang selalu diulang untuk menggunakan bunyi-bunyi yang berartikulasi guna menyatakan pikiran.
Bahasa itu sendiri berwujud dua, yakni bentuk, form atau aussere lautform atau artikulierte laut, dan makna, meaning atau innere form= bentuk batin. tentang innere form (bentuk batin), Humboldt membedakan dua substansi, yakni das Bestandige dan das Gleichformig. Keduanya terletak dalam jiwa manusia. Das Bestandige adalah dorongan jiwa yang didalamnya ada bagian-bagian yang saling berhubungan dan berimbang. Untuk itu ia berpendapat bahwa setiap bahasa mempunyai sistem dan karena itu tak ada bahasa yang primitif dan tak ada bahasa yang istimewa.
Humboldt membuat juga klasifikasi bahasa yang didasarkannya pada lautfrom. Untuk itu dia membagi bahasa atas empat jenis:
a. Bahasa monosilabel, bahasa yang hanya terdiri dari root dan tak mengalami perubahan bentuk.
b. Bahasa aglutinasi (inggris, agglutinate= meletakan, merekatkan, menjadi satu, gluten= perekat), bahas temple-menempel. Perubahan bentuk diperoleh dari melekatkan afiks.
c. Bahasa fleksi, bahasa yang mengenal konyugasi, kasus.
d. Bahasa inkorporsai (Inggris, In corporate= memasukan ke dalam). Sifat bahasa ini yakni patient dimasukkan kedalam bentuk kata kerja.
Periode
kedua terjadi dalam kurun waktu 1861 hingga 1880, August Schleicher bermula
dari Beliau adalah ahli linguistik. Meskipun bahasa yang betul-betul dikenalnya
adalah bahasa Slavia dan Lithaunia (= salah satu bahasa Baltis), mempelajari
bahasa Ceko dan dapat berbicara dalam bahasa Rusia.
Schleicher berpendapat bahwa pertumbuhan bahasa bersifat historis, tetapi pertumbuhan itu didapati dalam alam dengan bentuk yang semurni-murninya. Pentingnya Schleicher bagi kemajuan linguistik terletak dalam dua hal yakni:
a. Memulai dengan rekonstruksi bentukan asli bahasa Indo-Jerman dengan jalan membanding-bandingkan dengan bahasa lain yang dikenalnya,
b. Menentukan asal mula timbulnya bahasa-bahasa Indo-Jerman. Dianngapnya bahawa bahasa Indo-Jerman asal itu tinggal di Asia Tengah yang kemudian berubah karena perceraian bangsa. Indo-Jerman, Utara, Selatan Slavia, Asia Jerman Bahis, Iran Sanskerta
Schleicher menyebut dirinya seorang Glottiker dan dengan menerapkan konsepsi Botani dalam linguistic, ia mengemukakan Stammbaumtheorie (= teori pohon). Jadi, ada bahasa induk yang dinamainya Grundsprahe dan dari bahasa induk dapat ditelusuri bahasa purba atau yang disebutnya Ursprache. Berdasarkan klasifikasinya bahasa dibagi atas tiga jenis, yakni :
a) Bahasa isolasi (misalnya tionghoa)
b) Bahasa aglutinasi inklusif bahasa inkorporasi
c) Bahasa fleksi
Schleicher berpendapat bahwa pertumbuhan bahasa bersifat historis, tetapi pertumbuhan itu didapati dalam alam dengan bentuk yang semurni-murninya. Pentingnya Schleicher bagi kemajuan linguistik terletak dalam dua hal yakni:
a. Memulai dengan rekonstruksi bentukan asli bahasa Indo-Jerman dengan jalan membanding-bandingkan dengan bahasa lain yang dikenalnya,
b. Menentukan asal mula timbulnya bahasa-bahasa Indo-Jerman. Dianngapnya bahawa bahasa Indo-Jerman asal itu tinggal di Asia Tengah yang kemudian berubah karena perceraian bangsa. Indo-Jerman, Utara, Selatan Slavia, Asia Jerman Bahis, Iran Sanskerta
Schleicher menyebut dirinya seorang Glottiker dan dengan menerapkan konsepsi Botani dalam linguistic, ia mengemukakan Stammbaumtheorie (= teori pohon). Jadi, ada bahasa induk yang dinamainya Grundsprahe dan dari bahasa induk dapat ditelusuri bahasa purba atau yang disebutnya Ursprache. Berdasarkan klasifikasinya bahasa dibagi atas tiga jenis, yakni :
a) Bahasa isolasi (misalnya tionghoa)
b) Bahasa aglutinasi inklusif bahasa inkorporasi
c) Bahasa fleksi
G.
Curtius (1820-1885) Menerapkan metode perbandingan untuk Filologi Klasik ,
khususnya mempelajari bahasa Yunani .
Max Muller dan D.Whitney (1827-1894) Muller menghubungkan kelas-kelas
bahasa dengan tipe-tipe sosial; bahasa isolatif (bahasa keluarga); bahasa
aglutinatif (bahasa pengembara); bahasa fleksi
(bahasa masyarakat yang sudah mengenal negara). Sedangkan, Whitney
menambahkan istilah polisintesis untuk menyebutkan bahasa inkorporatif.
Periode
ketiga berlangsung dari tahun 1889 sampai akhir abad ke-19 yaitu muncul airan
yang bernama junggrammatiker yang
mengandung hukum Grimm. Aliran ini bergerak di Leipzig, salah satu muridnya
adalah Leonard Bloomfil yang menjadi linguis strukturalis Amerika. Menjadikan
linguistik historis komparatif sebagai sebuah ilmu yang eksak dalam
metode-metodenya. Tokoh yang terpenting Karl Brugmann, H. Osthoff, dan A.
Leskien. Selain itu J. Schmidt
mencetuskan sebuah teori batu yang disebut wallentheori. Ia kemudian melahirkan
hukum verner dan pada tahun 1880 Hermann Paul mengeluarkan buku prinzipen der
sprachgescichte (1880). Ahli lainnya H. Steinthal mencoba membagi bahasa dengan
landasan psikologi dan Fr. Muller menerbikan bukunya grundriss der
sprachwissenchaft (1876-1888).
Periode
keempat lahir pada abad ke-20 ketika fonetik berkembang menjadi studi ilmiah
dan lahirnya cabang linguistik yaitu psikolinguistik dan sosiolinguistik.
Muncul pula aliran praha sebagai reaksi terhadap studi bahasa individual atau
idiolek.
Explanation of comperative linguistic
comperative
linguistic also has big function to give contribution that is worth in
understanding about language and how
development languages in the world. Main job of comperative linguistic is
analysing and giving explanation about hakekat change a language. Normally, reality a language has structure (sincronic dimension) and always occures
changing language (diacronic dimension).
Sincronic
linguistic is a study about language based on language symtoms that is
contemporary adjective which is pronunced by speaker. The speker also learns
languages in the era that is have structures of language, like: phonology,
morphology, syntax and etc. while, diacronic linguistic is a study that is have
center at comperison analysis languange in yearsround (history).
Purpose of studying
abot languange as diacronic is to know structural history a languange with
everything form of change and
development. Result of this study is necessary for explaning describsion of
sincronic study (chaer, 2007).
In learning
diacronic langunge, we can use kuantitative method for analysing language from
sincronic dimension and it can be used in study tipology and contras
linguistics.
In linguistic
comperative, for deciding relation kinship of language is with using three
methods, those are:
·
Kuantitative method
·
Lecsicostatistic method
·
Grotokronology method
quantitave methode
is a method used statistic enumeration.
Lecisostatistic method
is subdividing language considered of enumertion word (klesikon) as statictic
and then replace based on semilar and
difference peresentase between one language and languages else. There is a
formula from this study, that is: all of words those are similar + total of
words those are same X 100 : total of words exmined.
Grotokronology method
is subdividing language considered of enumeration language based of age or
duration from similar language with using logarithm formula, such as:
T = log.c/2log.r
t = separation massa
c = similar
presentase
r = retensi persentase
log = logritmh.
Quantitative and
grotokronology methods are used to decide separeting time among languages that
is come from early language.
Comperison basic
Tiap
bahasa di dunia dapat diperbandingkan karena bahasa-bahasa tersebut memiliki
ciri kesemestaan bahasa, yaitu:
- Kesamaan bentuk dan makna.
- Tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional terkecil, yaitu fonem dan morfem.
- Tiap bahasa memiliki kelas-kelas tertentu.
Faktor
kemiripan bentuk dan makna yang terjadi dalam bahasa-bahasa dapat terjadi
karena:
- Warisan langsung dari bahasa Proto
- Pinjaman
- Kebetulan
Warisan langsung dari bahasa Proto
Memiliki persamaan unsur kebahasaan yang meliputi kata-kata pokok, yaitu
kata-kata yang dimiliki semua bahasa (cognate), Persamaan itu relatif
logis dan konsisten, misalnya dalam
perubahan bunyi. Contoh bunyi [p] pada bahasa-bahasa di Eropa selatan dalam
bahasa-bahasa di Eropa utara berupa bunyi [f].
Pinjaman, yang
dimaksud pinjaman dalam faktor ini adalah Berupa kata-kata yang mengandung pengertian yang
semula tidak dimiliki oleh bahasa peminjam.
Berupa kata-kata yang
mengandung nilai rasa tertentu; lebih sopan bila dinyatakan dengan kata
pinjaman.
Kebetulan, yang
dimaksud dengan faktor kebetulan yaitu Penutur yang bahasanya mengandung
persamaan tidak pernah berhubungan, baik fisik maupun kultural. Jumlah unsur
bahasa yang mengandung persamaan sangat sedikit.
Linguistik
historis komparatif memiliki tujuan-tujuan tertentu demi memberikan keilmuan di
bidang kebahasaan untuk pengguna bahasa dunia. Adapun tujuan-tujuan dari
linguistik historis komparatif adalah:
4.
Mempersoalkan bahasa-bahasa yang
serumpun dengan membandingkan mengenai unsur-unsur yang menunjukkan
kekerabatannya. Bidang-bidang yang digunakan untuk membandingkannya adalah
fonologi dan morfologi.
5.
Mengadakan rekonstruksi bahasa-bahasa
yang ada pada saat ini. Pada bahasa purba atau berusaha menunjukkan bahasa
proto yang melahirkan bahasa modern.
6.
Mengadakan pengelompokkan bahasa yang
termasuk bahasa serumpun.
7.
Menemukan penyebaran bahasa-bahasa proto
dari bahasa kekerabatan, serta menunjukkan gerak inigrasi yang pernah terjadi
dimasa lampau.
8.
Penentuan persentase kemiripan dan kesamaaan
(kekerabatan) menggunakan leksikostatistik.
9.
Penentuan masa pisah dengan
glotokronologi.
For example of compertive linguistics is Sunda and Betawi languages , like : tuman, belah and asap.
for more understanding please watch this video ;)
Comments
Post a Comment